Bireuen – Sejarah merupakan kejadian atau peristiwa masa lalu dan berpungsi untuk memahami prilaku masa lalu, masa sekrang dan masa yang akan datang,
Saya selaku Arsiparis Muda Di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bireuen ( Neneng Suryani, SE. ” Sejarah perlu di akuisisi, pengelolaan preservasi akses Arsip Statis, perlu digali diangkat kembali karena banyak sejarah yang bernuangsa peningkatan syiar Islam,baik dengan sejaran perjuangan orang terdahu baik sejarah tentang perkembangan agama Islam, maupun sejarah dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia banyak yang tenggelam, terbenam ditelan masa akibat masukya budaya Barat yang merusak Citra Budaya indatu kita.
Penelusuran ini dilakuan untuk membangkitkan rasa gelora anak anak muda katakanlah genersi penerus bangsa untuk memahami rekaman,jejak pendahulu kita dalam memerangi suatu peritiwa, kejaduan dan tau bagaimana orang masa dahulu dengan masa kini dalam mengembangkan suatu peradaban bangsa dan budaya nenek moyang kita dalam mendapatkan suatu kemenangan.merebut kemerdekaan dan dalam mengembangkan syiar Islam yang ada di Buni Aceh (Bireuen) yang dinobatkan Bireuen adalah sebagai Kota Juang .
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Banyak sejarah di Bireueun, hilang, terbenam, tengelam di telan masa akibat masuknya budaya barat yang dapat merusak citra budaya Aceh contonya cara berpakaian,banyak muda mudi yang berpakaian ketat, pas badan dalam arti mengundang kemaslihatan.
Adapun mengenai Bireuen dijuluki sebagai Kota Juang, 12 Februari 2018 menurut keterangan para orang tua-tua di Bireuen, Bireuen pernah menjadi ibu kota RI yang ketiga selama seminggu, setelah Yogyakarta jatuh ke tangan penjajah dalam agresi Belanda. “Meuligoe Bupati Bireuen yang sekarang ini pernah menjadi tempat pengasingan presiden Soekarno,” kata almarhum purnawirawan Letnan Yusuf Ahmad (80), atau yang lebih dikenal dengan panggilan Letnan Yusuf Tank, yang berdomisili satu Desa dengan saya di Desa Juli Keude Dua, Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen. dan sayapun sebelum saya menjabat arsiparis muda pernah kerumahnya berkunjung sebelum almarhum dipanggil Yang Maha Kuasa.
Bahkan katanya, peran dan pengorbanan rakyat Aceh atau Bireuen khususnya, dalam mempertahankan kemerdekaan Republik ini, begitu besar jasanya. “Perjalanan sejarah telah membuktikannya. Di zaman Revolusi 1945, kemiliteran Aceh pernah dipusatkan di Bireuen,”
Banyak lagi sejarah sejarah yang perlu digali Teugku Awe Getah, Ampon Syiek Peusangan, Habib Bugak,Srilanang, dan Rumah Sakit Bireuen kenapa diberi nama dengan Rumah Sakit Umum Dr Fauziah Daerah Bireuen ini juga mengigatkan kita. Bertepatan pada 11 Juni 2001, saat Aceh masih dalam status darurat, Bupati Persiapan Kabupaten Bireuen Dr H Hamdani Raden meresmikan nama Rumah Sakit Umum Bireuen ditabalkan dengan nama RSUD dr Fauziah Bireuen Nama itu diberikan untuk mengenang peristiwa berdarah dan sebagai hari yang paling bersejarah bagi dunia kedokteran di Aceh atas gugurnya seorang dokter wanita bernama dr Fauziah Kepala Puskesmas Peudada bersama seorang perawat Puskesmas T Mustafa.
Mereka tewas tertembak terjebak komplik Aceh dalam mengemban tugas kemanusiaan di desa pergunungan Cot Kruet Kecamatan Peudada 25 Mei 1999.
Meurut pantauan dipangan Perlu di imformasikan kepada Pemerintah Daerah Bireuen, kendala kami dalam kegiatan akuisisi pengelolaan Arsip Statis dalam penelusuran adalah Jalan. Salah satunya tanggal 18 kemeren kami berada dikecamatan Juli Gampong Simpang Jaya Keadaan jalan menuju lokasi perkuburan Mushibullah,Miswar, Atau Sulaman keturunan Habib Bugak jalannya lecek dan berlubang hingga menempuh jalan kelokasi hampir setegah jam jalan kaki,tidak boleh dilalui kenderaan roda dua,untuk itu pemerintah daerah mengangarkan dana baik dari APBD, APBA,APBN. Untuk Pembangunan.
Mungkin didalam Musrembang Kecamatan untuk membuat pengajuan untuk pembangunan jalan menuju lokasi sejarah yang ada di Bireuen.
Oleh NENENG SURYANIi,SE
Arsiparis Muda Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bireuen