Banda Aceh – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) berencana mengadopsi pendekatan “deep learning” dalam kurikulum sekolah, dengan tujuan menciptakan pengalaman belajar yang lebih mendalam dan bermakna bagi siswa. Inisiatif ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk memahami materi pelajaran secara lebih personal, memperluas wawasan, dan meningkatkan tanggung jawab mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Deep learning, yang berbeda dari metode pembelajaran tradisional yang lebih berpusat pada guru, menekankan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, mendorong mereka untuk mengeksplorasi, menganalisis, dan mengaitkan pengetahuan dengan pengalaman pribadi. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam, bukan sekadar penguasaan fakta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dr. Syarfuni, M.Pd, pengamat pendidikan dari Universitas Bina Bangsa Getsempena (UBBG), menyambut baik rencana pemerintah ini. Ia menegaskan bahwa pendekatan deep learning dapat menjadi fondasi penting dalam pendidikan yang lebih holistik. Mengutip temuan dari American Institutes for Research (AIR), Dr. Syarfuni menyoroti bahwa siswa yang belajar di sekolah dalam jaringan Deeper Learning Network menunjukkan manfaat yang signifikan, terlepas dari latar belakang, tingkat pencapaian sebelumnya, atau jenis sekolah mereka. Hal ini menunjukkan bahwa deep learning berpotensi meningkatkan hasil pendidikan secara merata.
AIR menemukan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran mendalam cenderung memiliki pengalaman yang lebih kaya dan terlibat secara emosional dalam proses belajar. “Sekolah yang menerapkan deep learning memberikan pengalaman yang berbagi secara kolektif di antara siswa, yang membantu mereka berkembang tidak hanya dalam pengetahuan, tetapi juga dalam pengertian dan tanggung jawab,” jelas Dr. Syarfuni.
Meski metode tradisional yang berpusat pada guru memiliki efektivitas tersendiri dan dapat mentransformasi siswa, penggunaan deep learning di masa depan diharapkan tidak hanya mengandalkan keberuntungan, tetapi diupayakan secara sadar. Dengan begitu, pengalaman pendidikan akan lebih terarah, humanis, dan sesuai dengan tantangan zaman.(**)