Jakarta – Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI) Dr. Iswadi, M.Pd mengatakan Dalam dinamika politik Indonesia, nama Tutut Soeharto sering kali menjadi topik pembicaraan yang menarik, terutama ketika berbicara tentang peran keluarga Soeharto pasca-reformasi. Sebagai salah satu anak perempuan dari Presiden Soeharto yang pernah memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade, Tutut memiliki warisan politik yang besar. Meskipun sudah lama tidak aktif dalam dunia politik, nama Tutut selalu berpotensi kembali mencuat, terutama dengan kembalinya figur-figur politik lama ke dalam partai Golkar, yang pernah menjadi kendaraan politik utama Soeharto dan keluarganya.Hal tersebut disampaikan , Dr. Iswadi, M. Pd. kepada wartawan, Selasa 14 Januari 2025
Alumni Program Doktoral Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tersebut mengatakan Golkar, sebagai salah satu partai politik terbesar di Indonesia, memiliki sejarah panjang yang sangat erat kaitannya dengan Soeharto. Sebagai partai yang mendominasi politik Indonesia pada masa Orde Baru, Golkar dikenal sebagai simbol kekuasaan yang berpusat pada Soeharto. Namun, setelah reformasi 1998, partai ini mengalami perombakan besar, dan banyak figur penting yang sebelumnya memiliki kedekatan dengan Soeharto mulai menjauh dari Golkar. Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa pengaruh keluarga Soeharto tetap terasa, terutama melalui beberapa anggota keluarga yang masih aktif di dunia politik.
Menurut Dr. Iswadi, M.Pd Salah satu nama yang kembali menarik perhatian adalah Tutut Soeharto. Sebagai anak tertua dari Soeharto, Tutut memiliki akses yang sangat besar dalam dunia politik, baik melalui warisan nama besar keluarganya maupun pengalaman pribadinya dalam berpolitik. Meskipun ia sempat mundur dari dunia politik setelah reformasi, kemunculannya dalam berbagai pertemuan politik akhir-akhir ini menimbulkan spekulasi mengenai kemungkinan kembalinya ia ke Golkar.
Dr. Iswadi, M.Pd menjelaskan Salah satu alasan utama Tutut Soeharto berpotensi kembali ke Golkar adalah relevansi politik yang terus ada pada dirinya. Meskipun tidak lagi aktif secara langsung dalam kepemimpinan Golkar, posisi Tutut sebagai bagian dari keluarga Soeharto memberikan nilai sejarah dan simbolis yang kuat. Di mata sebagian masyarakat, terutama yang merindukan stabilitas politik dan ekonomi yang tercipta selama Orde Baru, Tutut Soeharto bisa menjadi representasi dari masa lalu yang diinginkan kembali.
Selain itu, Indonesia sebagai negara yang besar dan dinamis sering kali mengalami perubahan yang memicu keinginan untuk kembali pada figur-figur yang dianggap memiliki pengalaman dan kapasitas dalam mengelola negara. Tutut Soeharto, meskipun tidak memegang posisi formal dalam pemerintahan, memiliki rekam jejak yang baik di dunia bisnis dan politik, terutama pada masa-masa terakhir pemerintahan Soeharto. Keahlian manajerial dan pengalaman dalam pemerintahan dapat menjadi modal penting baginya jika ia memutuskan untuk terlibat lebih dalam dalam kancah politik Indonesia.
Dr. Iswadi, M.Pd mengatakan
Partai Golkar adalah tempat di mana Tutut Soeharto tumbuh besar dalam politik. Golkar, pada masa Orde Baru, adalah alat politik yang sangat efektif bagi Soeharto dalam mengonsolidasikan kekuasaan. Banyak kader-kader Golkar yang memiliki hubungan langsung dengan keluarga Soeharto, baik secara pribadi maupun secara politik. Meskipun pasca-reformasi, Golkar mengalami banyak perubahan dan pergeseran, hubungan historis antara Golkar dan keluarga Soeharto tetap bertahan. Kembalinya Tutut Soeharto ke dalam Golkar bisa menjadi sinyal adanya upaya untuk merevitalisasi partai ini
Dr. Iswadi, M.Pd mengatakan Di sisi lain, Golkar saat ini membutuhkan sosok yang dapat mengembalikan kejayaan partai ini di mata publik. Partai ini menghadapi tantangan berat dalam mempertahankan eksistensinya di tengah-tengah persaingan politik yang semakin ketat. Mengingat kepopuleran Golkar di masa lalu, kehadiran figur seperti Tutut Soeharto dapat memberikan nilai tambah yang cukup signifikan, baik dalam hal pemilihan umum maupun dalam menciptakan kembali rasa percaya publik terhadap Golkar sebagai partai yang memiliki visi dan kekuatan.
Namun Dr. Iswadi, M.Pd, mengatakan kembalinya Tutut Soeharto ke Golkar tentu bukanlah hal yang mudah. Meskipun ada peluang besar, ada pula tantangan politik yang tidak bisa diabaikan. Pertama, masyarakat Indonesia pasca-reformasi sangat kritis terhadap segala bentuk otoritarianisme yang pernah terjadi selama masa pemerintahan Soeharto. Bagi sebagian kalangan, nama Soeharto dan keluarganya masih menjadi simbol kekuasaan yang represif dan penuh kontroversi. Oleh karena itu, kembalinya Tutut ke dalam kancah politik bisa memicu perdebatan sengit di kalangan publik.
Selain itu, Golkar juga harus menghadapi dinamika internal yang tidak sederhana. Setelah reformasi, Golkar mengalami banyak perpecahan dan pergeseran ideologis yang signifikan. Banyak kader yang lebih muda dan lebih modern mulai mendominasi, sementara kader-kader lama yang lebih konservatif, yang cenderung dekat dengan keluarga Soeharto, merasa semakin tersisih. Tutut Soeharto akan dihadapkan pada kenyataan bahwa untuk kembali memimpin partai, ia harus bisa mengatasi perbedaan internal ini dan menyatukan berbagai kelompok dalam Golkar.
Dr. Iswadi, M.Pd menegaskan
Meski penuh tantangan, kembalinya Tutut Soeharto ke Golkar tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebagai anggota keluarga Soeharto yang memiliki pengaruh besar, Tutut bisa menjadi salah satu kunci untuk mengembalikan kejayaan Golkar di kancah politik Indonesia. Namun, untuk itu, ia harus mampu menghadapi berbagai tantangan, baik internal di partai maupun eksternal di masyarakat. Jika ia berhasil mengelola perbedaan dan memanfaatkan nilai historis yang ada, Tutut Soeharto berpotensi menjadi figur penting dalam kembalinya Golkar ke puncak kekuasaan politik Indonesia.(**)