Jakarta-Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI) Dr. Iswadi, M.Pd mengatakan Indonesia memiliki banyak paradoks di bidang Sumber Daya Manusia (SDM), di antaranya Ketersediaan Tenaga Kerja yang Tinggi vs. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah Walaupun Indonesia memiliki populasi yang besar dengan bonus demografi, kualitas pendidikan dan pelatihan tenaga kerja masih rendah. Banyak lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri sehingga menyebabkan mismatch antara supply dan demand. Kemudian Banyaknya Tenaga Kerja di Sektor Informal vs. Minimnya Kesempatan di Sektor Formal Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih berada di sektor informal yang tidak memberikan jaminan sosial, keamanan kerja, dan gaji yang layak.
Padahal sektor formal sering kali kekurangan tenaga kerja yang memiliki keterampilan sesuai standar yang dibutuhkan. Selanjutnya Minat Tinggi pada Pendidikan Tinggi vs. Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan Pasar Banyak individu mengejar pendidikan tinggi, tetapi sering kali program studi yang diambil tidak relevan dengan kebutuhan industri. Ini berujung pada tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan universitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selanjutnya Tingginya Angka Pengangguran vs Kekurangan Tenaga Ahli. Di satu sisi Indonesia menghadapi masalah pengangguran, sementara di sisi lain perusahaan kesulitan mencari tenaga ahli dalam bidang-bidang khusus seperti teknologi, manufaktur dan kesehatan. Hal tersebut disampaikan, Dr. Iswadi, M.Pd. kepada wartawan, Minggu 13 Oktober 2024.
Menurut Alumni Program Doktoral Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tersebut untuk mengatasi hal tersebut di Bidang SDM Indonesia ada beberapa langkah yang bisa di lakukan pertama Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan menurut Akademisi berdarah Aceh ini, Kurikulum pendidikan perlu lebih diselaraskan dengan kebutuhan industri, termasuk peningkatan keterampilan teknis dan soft skills. Pendidikan vokasi dan pelatihan berbasis industri harus diperluas dan ditingkatkan agar lebih banyak lulusan siap kerja.
Kemudian langkah berikut nya yaitu Mendorong Program Upskilling dan Reskilling. Pekerja perlu di dorong untuk mengikuti program upskilling dan reskilling agar keterampilan mereka tetap relevan dengan perubahan teknologi dan permintaan pasar kerja. Pemerintah dan sektor swasta dapat bekerja sama menyediakan pelatihan yang terjangkau atau bahkan gratis.
“Selain itu Peningkatan Dukungan untuk Sektor Informal. Sektor informal perlu difasilitasi dengan regulasi yang mendukung dan akses ke jaminan sosial. Program pelatihan dan sertifikasi juga dapat diperkenalkan agar pekerja di sektor informal bisa meningkatkan keterampilan mereka dan beralih ke sektor formal. Selain itu Kolaborasi Antara Pemerintah, Akademisi, dan Industri Dr.Iswadi mengatakan pentingnya Kolaborasi erat antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan industri diperlukan untuk memastikan bahwa lulusan memiliki keterampilan yang sesuai dengan permintaan pasar. Program magang, kerja sama riset, dan penyesuaian kurikulum bisa meningkatkan keterkaitan antara pendidikan dan kebutuhan lapangan kerja”,
Selanjutnya Pemanfaatan Teknologi dan Data. Dr.Iswadi mengatakan Teknologi dapat dimanfaatkan untuk menciptakan platform yang menghubungkan pencari kerja dengan perusahaan. Penggunaan data dapat membantu memprediksi trend kebutuhan tenaga kerja dan mengarahkan pelatihan yang lebih tepat sasaran. Dengan langkah-langkah ini, Indonesia dapat mengoptimalkan potensi SDM-nya, menciptakan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dan meminimalisir paradoks yang ada di sektor ini.Demikian pungkas Dr. Iswadi, M.Pd.(*”)