Ketum SPBI, Bicara Paradoks Indonesia Dan Solusinya Dalam Pengelolaan SDA

- Editor

Wednesday, 16 October 2024 - 13:49 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta – Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI), Dr. Iswadi, M.Pd, mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA), seperti hutan yang luas, lautan dengan keanekaragaman hayati, serta mineral yang melimpah. Namun, di balik kekayaan ini terdapat paradoks yang mencolok: meskipun SDA melimpah, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang signifikan. Potensi SDA sering kali belum dimanfaatkan secara optimal, atau justru dieksploitasi secara berlebihan tanpa mempertimbangkan keberlanjutannya.

Hal ini disampaikan oleh Dr. Iswadi kepada wartawan pada Rabu, 16 Oktober 2024. Alumni Program Doktoral Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta ini menyoroti beberapa aspek penting yang harus diperhatikan untuk mengatasi paradoks SDA di Indonesia.

Eksploitasi Berlebihan Tanpa Keberlanjutan
Dr. Iswadi menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor utama minyak sawit, batu bara, dan hasil tambang lainnya. Namun, eksploitasi yang tidak terkendali telah mengakibatkan kerusakan lingkungan yang serius, seperti deforestasi, pencemaran air, dan hilangnya habitat satwa liar. Hutan hujan tropis yang seharusnya menjadi “paru-paru dunia” terus berkurang setiap tahunnya akibat pembukaan lahan untuk perkebunan sawit dan pertambangan. Eksploitasi berlebihan ini tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga berdampak pada masyarakat lokal yang bergantung pada hutan untuk penghidupan mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

*Ketimpangan Ekonomi*
Di satu sisi, SDA yang melimpah seharusnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Namun, kenyataannya, masih banyak daerah yang mengalami kemiskinan meskipun kaya akan SDA. Dr. Iswadi menyebutkan bahwa hasil dari SDA sering kali lebih banyak dinikmati oleh perusahaan besar, baik lokal maupun asing, ketimbang oleh masyarakat setempat. Akibatnya, ketimpangan ekonomi antara daerah kaya SDA dan daerah lainnya semakin melebar, dan keuntungan yang dihasilkan tidak selalu kembali ke masyarakat lokal.

Baca Juga:  Rivan A. Purwantono: Tekankan Semangat Sinergi dan Kolaborasi dalam Rakernas Serikat Pekerja Jasa Raharja

*Ketergantungan Ekspor dan Fluktuasi Harga Global*
Menurut Dr. Iswadi, Indonesia masih sangat bergantung pada ekspor SDA seperti batu bara dan minyak sawit. Ketergantungan ini membuat Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga komoditas global. Ketika harga turun, perekonomian nasional dapat terkena dampak yang signifikan, terutama di daerah-daerah yang bergantung pada sektor pertambangan dan perkebunan. Selain itu, ketergantungan pada ekspor menghambat upaya diversifikasi ekonomi yang lebih berkelanjutan.

*Solusi untuk Mengatasi Paradoks SDA*
Dr. Iswadi juga memberikan beberapa solusi untuk mengatasi paradoks SDA di Indonesia. Salah satunya adalah dengan menerapkan prinsip pengelolaan SDA berkelanjutan. “Pengelolaan SDA harus berfokus pada keberlanjutan agar generasi mendatang dapat terus menikmati manfaatnya,” ujar Dr. Iswadi. Ia menambahkan bahwa pemerintah perlu memperketat regulasi terkait eksploitasi SDA dengan memberlakukan standar lingkungan yang ketat dan menerapkan sanksi bagi pelanggar. Selain itu, perusahaan yang bergerak di sektor SDA harus diwajibkan melakukan restorasi lingkungan setelah proses ekstraksi selesai, serta mendorong program reboisasi dan penghijauan sebagai bagian dari upaya pelestarian lingkungan.

*Memperkuat Peran Masyarakat Lokal*
Selain itu, Dr. Iswadi menekankan pentingnya memperkuat peran masyarakat lokal dalam pengelolaan SDA. “Masyarakat lokal seharusnya diberdayakan dan dilibatkan secara aktif dalam pengelolaan SDA,” tegasnya. Hal ini bisa dilakukan melalui pemberian hak kelola kepada masyarakat adat, pelatihan teknologi ramah lingkungan, serta akses pembiayaan yang memadai untuk pengelolaan SDA. Dengan begitu, masyarakat lokal tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga berperan penting dalam menjaga dan memanfaatkan SDA secara bijak.

Berita Terkait

Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Narkotika Jakarta Laksanakan Aktivitas Rutin Olahraga Senam
Pengusaha Optimis 03 Menang Satu Putaran
Jasa Raharja dan INACA Gelar Sosialisasi Tentang Pentingnya Budaya Keselamatan
Badarudin Kalapas Tanjung Raja Kini Dinonaktifkan Buntut Mutasi Petugas Yang Viralkan 
Dr. Iswadi Usulkan Program Prioritas untuk Perkuat BRIN di Era Prabowo
Kerjasama BULOG – Centro Logistica Nacional Intittuto Public (NCL I.P.) Timor Leste dalam Memperkuat Ketahanan Pangan
Unlam Giat KKL Kunjungi Lapas Narkotika Jakarta
Bekasi Jago Gelar Duduk Bareng Bang Heri Diikuti Milenial
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Friday, 22 November 2024 - 05:19 WIB

Bersama Rakyat TNI Kuat : Kepedulian Babinsa Bersama Masyarakat Desa Celala

Thursday, 21 November 2024 - 10:08 WIB

Awasi Insentif Dana Desa Rp,120.430.000,- Juta Perdesa Untuk 74 Desa Se Aceh Tenggara TA 2024

Thursday, 21 November 2024 - 08:50 WIB

Babinsa Membantu Masyarakat Desa Lawe Beringin Gayo Ibu Nurlela Petani Panen Jagung Wilayah Binaan

Thursday, 21 November 2024 - 06:31 WIB

Wujud Kepedulian Babinsa Bersama Warga Gotong Royong di Desa Paya Kolak

Thursday, 21 November 2024 - 05:37 WIB

IRT Penjual Nasi Ditangkap Satresnarkoba Polres Aceh Tenggara Terkait Peredaran Narkotika Jenis Sabu

Wednesday, 20 November 2024 - 11:27 WIB

Warga Desa Istiqomah Kecamatan Darul Hasanah Membenarkan Dana BLT Tahun 2022, 2023, Sampai 2024. Ada Pemotongan

Wednesday, 20 November 2024 - 11:21 WIB

Opsnal Satresnarkoba Polres Aceh Tenggara Tangkap Pengedar Narkoba di Desa Pedesi

Wednesday, 20 November 2024 - 07:07 WIB

Intensitas Hujan Tinggi Babinsa dan Warga Bersihkan Akses Jalan Desa Ramung Ara

Berita Terbaru

DKI JAKARTA

Pengusaha Optimis 03 Menang Satu Putaran

Friday, 22 Nov 2024 - 05:28 WIB

BENER MERIAH

Ini Kata Sutarmi Anggota DPR-A Saat Melakukan Reses di Dapilnya

Friday, 22 Nov 2024 - 05:13 WIB