Jombang, SatuPenaTV.com- Kebiasaan membakar jerami di tengah sawah yang masih dilakukan oleh sebagian petani di Dusun Kedung Boto, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, ternyata berdampak buruk bagi kesuburan tanah dan kesehatan tanaman. Praktik ini dinilai sebagai kebiasaan yang keliru dan sebaiknya segera ditinggalkan. (28/4/2025)
Dosen Produksi Pertanian Politeknik Negeri Jember (Polije), Rudi Wardanah, mengungkapkan bahwa pembakaran jerami tidak memberikan manfaat positif bagi tanah seperti yang selama ini diyakini masyarakat.
“Jerami memiliki kandungan unsur hara yang cukup tinggi, terutama jika diolah menjadi kompos. Jika dibakar, justru akan meningkatkan absorpsi unsur hara oleh tanah secara berlebihan dan membuat kadar kalium melonjak,” jelas Rudi saat ditemui.
Menurutnya, peningkatan absorpsi unsur hara dan kalium tersebut menyebabkan tanah menjadi tidak seimbang, sehingga menurunkan produktivitas tanaman. Tanah menjadi keras, kurang gembur, dan daya serap nutrisi tanaman berkurang drastis.
Lebih lanjut, Rudi menegaskan bahwa anggapan abu hasil pembakaran jerami dapat menyuburkan tanah adalah mitos yang salah kaprah.
“Abu jerami tidak menambah unsur hara yang bermanfaat. Malah justru meningkatkan risiko serangan hama dan penyakit pada tanaman,” terangnya.
Sebagai solusi, ia menganjurkan para petani untuk mengolah jerami menjadi kompos organik.
“Jerami yang dikomposkan mampu memperkaya tanah, meningkatkan kegemburan, dan memudahkan tanaman dalam menyerap nutrisi penting,” tambahnya.
Penggunaan kompos jerami ini, lanjut Rudi, telah terbukti meningkatkan hasil panen secara signifikan di berbagai daerah.
Dengan edukasi yang tepat, diharapkan petani di Jombang dan sekitarnya dapat mengubah kebiasaan membakar jerami menjadi praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
(Andi Iswahyudi)