Sastra dan Realitas di Palinggihan: Tengsoe Tjahjono Bicara Puisi, Imajinasi, dan AI

- Editor

Thursday, 29 May 2025 - 19:18 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BANYUWANGI, “starbpknews.id.Dunia itu obah, dunia itu berubah.” Kalimat pembuka itu menjadi benang merah dalam diskusi sastra bertajuk Sastra dan Realitas, yang digelar oleh Dewan Kesenian Blambangan (DKB) bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi di Palinggihan Disbudpar, Kamis (29/5/2025) malam.

Diskusi menghadirkan sastrawan dan akademisi senior Dr. Tengsoe Tjahjono, dosen Universitas Brawijaya Malang. Acara dipandu oleh Syafaat, Ketua Lentera Sastra Banyuwangi.

Lebih dari sekadar forum gagasan, diskusi ini menegaskan peran sastra sebagai bentuk kesadaran dan penciptaan makna dalam kehidupan. “Di tangan ilmuwan, A menjadi A. Tapi di tangan penyair, A bisa menjadi A plus,” ujar Tengsoe. Baginya, penyair tidak sekadar menyalin kenyataan, tetapi menafsirkan dan menghidupkan ulang realita dalam bahasa yang bernyawa.

Tengsoe menyoroti bahwa penyair bukan hanya pencatat, tetapi juga penggerak. “Tugas penyair bukan menduplikasi kenyataan, tapi memberi napas baru pada realita yang biasa-biasa saja,” katanya.

Ia juga membantah stereotip klasik yang menyebut sastrawan tak bisa hidup dari karya. “Banyak penyair keliling dunia karena puisinya,” tegasnya. Tengsoe mendorong semua kalangan, termasuk petani dan nelayan, untuk menulis dan mengarsipkan pengalaman hidup dalam bentuk karya sastra.

Ia turut membahas antologi puisi “Jenggirat”, yang berisi kenangan masa kecilnya di Banyuwangi. “Tanah ini adalah sumber inspirasi awal yang tak pernah habis,” katanya.

Menjawab pertanyaan soal penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam sastra, Tengsoe menyebut AI belum mampu menandingi keberanian manusia dalam bermain bahasa. “AI itu cerdas, tapi tidak bisa nakal. Dan justru kenakalan itulah yang melahirkan puisi,” katanya. Ia menegaskan, teks dari AI tetap harus dibaca ulang dan diedit sebelum dianggap layak.

Baca Juga:  Pastikan Siap Amankan Ibadah Natal Bagi Umat Kristiani, Kapolres Cek Dua Gereja Di Aceh Tengah

Ia juga mengingatkan agar puisi tidak terlalu dibebani oleh kata sambung, dan menekankan pentingnya membaca. “Penulis yang tidak membaca akan terlihat dari puisinya,” tegasnya.

Diskusi dihadiri oleh tokoh-tokoh kebudayaan Banyuwangi, seperti Hasan Basri (Ketua DKB), Ayung Notonegoro, SAW Notodiharjo, Elvin Hendrata, Fatah Yasin Noer, Ki Pramoe Karno Sakti, Bung Aguk, dan Hakim Said, S.H. dari Rumah Kebangsaan Basecamp Karangrejo (RKBK) Banyuwangi.

Hakim Said, menekankan pentingnya imajinasi. “Berani membayangkan masa depan: rumah, mobil, bahkan istri dua. Kalau imajinasi hidup, maka kenyataan akan menyusul,” ujarnya sembari berkelakar. Ia juga menyatakan dukungan penuh terhadap geliat sastra lokal.

Sementara itu, Hasan Basri menyoroti fenomena pembacaan puisi di sekolah yang cenderung dibatasi oleh format lomba. “Puisi bukan ajang kompetisi. Ini ekspresi jiwa. Kita perlu indikator baru yang berakar pada pemahaman, bukan sekadar teknik,” katanya. DKB, katanya, tengah merancang formula penilaian puisi yang lebih esensial.

Diskusi semakin hangat saat peserta mengajukan pertanyaan tentang proses kreatif dan sumber inspirasi. Tengsoe menjelaskan bahwa cerita pendek pun bisa lahir dari hal-hal sehari-hari, seperti obrolan di warung kopi atau tontonan televisi, asalkan diolah dengan kesadaran literer.

“Menjadi penulis adalah menjadi pembaca. Entah itu membaca buku, membaca peristiwa, atau membaca manusia,” ujarnya.

Di akhir acara, beberapa peserta membacakan puisi mereka. Diskusi ditutup dengan penyerahan cenderamata dari DKB kepada Dr. Tengsoe Tjahjono, penanda simbolis bahwa sastra, imajinasi, dan lokalitas masih hidup dan berkembang di Banyuwangi.

( Tim / Slamet )

Berita Terkait

TIBA DI NABIRE, DIRJENPAS LANGSUNG SAMBANGI PETUGAS LAPAS YANG TERLUKA
Danlanal Mataram NTB Kolonel Marinir Pimpin Upacara Harlah Pancasila 
SAPA: Jangan Jadikan Guru Sebagai Objek Bisnis Berkedok Kegiatan Pendidikan
Rusli Gantikan Asyari, Pj Keuchik Baru Matang Kreut Resmi Dilantik
Polres Pidie Serahkan Tersangka Penipuan Rumah Bantuan RTL ke Kejaksaan Negeri Pidie
Lapas Lumajang Gelar Apel Peringatan Hari Lahir Pancasila, Kalapas Tekankan Pentingnya Revitalisasi Nilai Pancasila
MAN 2 Banyuwangi Kembali Torehkan Prestasi, 118 Siswa Lolos SNBT 2025
Polres Pidie Gelar Apel Kesiapan Pengamanan Antisipasi Gangguan Kamtibmas
Berita ini 6 kali dibaca

Berita Terkait

Tuesday, 3 June 2025 - 11:54 WIB

TIBA DI NABIRE, DIRJENPAS LANGSUNG SAMBANGI PETUGAS LAPAS YANG TERLUKA

Tuesday, 3 June 2025 - 07:25 WIB

Danlanal Mataram NTB Kolonel Marinir Pimpin Upacara Harlah Pancasila 

Tuesday, 3 June 2025 - 05:00 WIB

SAPA: Jangan Jadikan Guru Sebagai Objek Bisnis Berkedok Kegiatan Pendidikan

Tuesday, 3 June 2025 - 02:36 WIB

Polres Pidie Serahkan Tersangka Penipuan Rumah Bantuan RTL ke Kejaksaan Negeri Pidie

Monday, 2 June 2025 - 16:44 WIB

Lapas Lumajang Gelar Apel Peringatan Hari Lahir Pancasila, Kalapas Tekankan Pentingnya Revitalisasi Nilai Pancasila

Monday, 2 June 2025 - 16:03 WIB

Polres Pidie Gelar Apel Kesiapan Pengamanan Antisipasi Gangguan Kamtibmas

Monday, 2 June 2025 - 15:56 WIB

Kementrian hukum Sahkan Akta Notaris Musdesus KDMP Syari’ah Desa Ujoeng Lami Perdana Kab Nara

Monday, 2 June 2025 - 09:17 WIB

Momen Hari Lahir Pancasila, Kapolres Gayo Lues Beri Penghargaan kepada Istri Personel Berprestasi

Berita Terbaru

ACEH TAMIANG

Bantuan usaha Dipotong Meja, Sekretaris Desa Diduga Lakukan Pungli

Tuesday, 3 Jun 2025 - 11:09 WIB