Aceh – Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI) Dr. Iswadi, M.Pd berbicara tentang Pengetahuan tacit (pengetahuan tersembunyi) di kalangan ulama Aceh merupakan warisan yang kaya dan mendalam yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pengetahuan ini tidak tertulis dalam buku-buku atau naskah formal, melainkan tersimpan dalam ingatan, pengalaman, serta kebiasaan para ulama yang kemudian diajarkan kepada murid-murid mereka melalui proses pembelajaran langsung.
Pengetahuan inilah yang melekat pada diri Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab yang akrab dipanggil Tu Sop Hal tersebut disampaikan , Dr. Iswadi, M. Pd. kepada wartawan Rabu 28 Agustus 2024.
Alumni Program Doktoral Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tersebut mengatakan Dalam tradisi pendidikan Islam di Aceh, pengetahuan tacit ini melibatkan berbagai aspek, mulai dari pemahaman mendalam tentang ajaran agama, praktik ibadah, hingga kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Para ulama sering kali mengajarkan pengetahuan ini melalui pengajian, ceramah, dan diskusi-diskusi informal di lingkungan dayah (pesantren). Proses pembelajaran ini biasanya bersifat personal, di mana seorang murid akan mengikuti ulama tertentu, menyerap ilmu dan pengalaman yang tidak tertulis, tetapi terpancar dari tindakan, keputusan, dan cara hidup sang ulama.
Salah satu contoh dari pengetahuan tacit ini adalah pemahaman tentang tafsir al-Qur’an yang tidak hanya bergantung pada teks, tetapi juga pada pemahaman kontekstual yang diperoleh melalui pengalaman dan kehidupan sehari-hari. Ulama Aceh sering kali menggunakan pendekatan ini untuk menjelaskan ayat-ayat suci dengan relevansi terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat.
Selain itu, pengetahuan tentang adat istiadat dan nilai-nilai budaya yang selaras dengan ajaran Islam juga merupakan bagian dari pengetahuan tacit yang dikuasai ulama Aceh. Mereka menjadi penjaga tradisi, memastikan bahwa adat istiadat yang diterapkan tidak bertentangan dengan syariat Islam, sekaligus menjaga keaslian budaya Aceh.
“Pengetahuan tacit ini sangat berharga karena mencerminkan kebijaksanaan praktis yang tidak mudah dituliskan, tetapi sangat penting dalam membentuk karakter dan identitas masyarakat Aceh. Melalui interaksi langsung dengan ulama, pengetahuan ini terus diwariskan, membentuk fondasi moral dan spiritual yang kokoh dalam kehidupan masyarakat Aceh”kata Dr.Iswadi
Selain itu menurut Akademisi yang juga Politisi asal Aceh ini Tgk H. Muhammad Yusuf A. Wahab, yang lebih dikenal dengan panggilan Tu Sop, adalah seorang ulama terkemuka di Aceh. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas dan memiliki pemahaman agama yang mendalam. Tu Sop merupakan figur yang dihormati di kalangan masyarakat Aceh, terutama karena peran aktifnya dalam dakwah dan pendidikan agama jelasnya
“Kecerdasan dan ketajaman pemikiran Tu Sop tidak hanya terlihat dalam penguasaan ilmu agama, tetapi juga dalam kemampuannya mengomunikasikan ajaran Islam secara relevan dengan konteks sosial dan budaya masyarakat Aceh. Beliau sering memberikan ceramah yang menyentuh berbagai aspek kehidupan, dari persoalan akidah hingga isu-isu sosial, selalu dengan pendekatan yang bijaksana dan menenangkan”paparnya.
Di samping itu, Tu Sop juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang berkarisma, yang mampu menginspirasi banyak orang, terutama generasi muda, untuk lebih mendalami dan mengamalkan ajaran Islam. Keberadaan Tu Sop sebagai ulama kharismatik dan cerdas telah memberikan kontribusi besar dalam perkembangan dakwah di Aceh dan sekitarnya.olehkarena itu Dr. Iswadi, M.Pd Mengajak semua masyarakat Aceh untuk Membantu mengajak Para Pemilih untuk memilih Pasangan OM BUS-‘Tusop pada Pilkada 2024 Mendatang supaya Tusop dapat membantu OM BUS untuk memperkuat syariat Islam dalam Pemerintahan Aceh demikian Pungkas Dr. Iswadi, M.Pd.(**)